sembahyang langit,,

Saya menyapanya, Achii. Seorang ibu tua warga tionghoa totok. Tak hanya saya. mereka, teman seharian saya yang bergelut dalam dunia kecil bernama Radio Telstar, juga menyapa dengan panggilan Achii. Dia adalah langganan kami jika berbelanja di sebuah toko yang sudah puluhan tahun berada di Jalan Ali Malaka. Saya senang berbelanja di tempat itu. Sebuah toko yang tidak memiliki nama, tetapi menyediakan kebutuhan sehari-hari. Selain harganya yang murah, Achii adalah referensi saya jika ingin mengetahui sedikit sejarah mengenai warga Tionghoa. Karena dia keturunan Totok Tiongkok yang berasal dari etnis Hokkian, dia amat paham tentang tradisi Imlek hingga tradisi yang dikenal pada hari ke sembilan tahun baru Tiongkok, Sembahyang Langit.

Siang itu, seperti biasa jika jam sembilan pagi atau sekitar pukul sepuluh. Saya terbiasa keluar kantor sekadar berbelanja makanan kecil berupa jalangkote, roti manis seharga 600 rupiah dan sebotol cocacola di Toko Achii. Sambil mengunyah jalangkote, tak jarang saya berbincang bersama Achii seputar tradisi di hari raya Imlek.

"Sekarang imlek beda mi dengan duluna. Imlek dulu kita rayakan bersama keluarga besar, kumpulkumpul ada papa ada mama, semua datang".

Kata Achii sambil melayani pembeli lain. Sesekali dia mengucap sesuatu dalam bahasa mandarin kepada adiknya di toko itu.

"Kita bakar dupa, sembayang samasama menghormati leluhur".

Menghormati leluhur bagi Achii adalah memberikan sesembahan kepada leluhur diatas altar kecil, serupa meja dan dihiasi pernakpernik berwarna merah dan Pajangan Foto leluhur berada diatasnya. Sesembahan itu biasanya berupa buahbuahan berupa jeruk sebagai pertanda kemakmuran.

Warga Tionghoa merayakan imlek selama lima belas hari. Pada Hari kesembila mereka akan melakukan sembahyang dewa langit yang biasa dilakukan di klentengklenteng di Kota Makassar. Dan di hari kelimabelas mereka merayakan Cap Go Meh. Di Makassar Klenteng Kwan Kong dan Xian ma bisa menjadi ramai kala perayaan itu dimulai. Selain di Klenteng, sebagian masyarakat Tionghoa Makassar juga merayakannya di rumah keluarga atau di rumah-rumah makan. Perayaan itu akan dilakukan dengan sangat cermat dan persiapan dan dana yang matang. Sangat jarang warga keturunan melakukan sembahyang langit di Makassar. Kebanyakan mereka mencari mudahnya dengan menuju ke Klenteng. Selain membutuhkan biaya besar, bagi sebagian masyarakat asli Tionghoa, sembahyang langit juga melakukan ikrar atau janji di hadapan Altar dengan patung Dewa Langit berada diatas meja yang bertingkat sembilan meja itu.

yach selamat tahun baru achii... semoga nanti bisa utang hehehe

Xin Nien Kuai Le Gong Xi Fa Cai Wanshi Ruyi,semoga demikianlah adanya. Semoga semua makluk berbahagia.

Comments

  1. Cap Go Meh, menurut cerita dari bokap yang memang Chinese adalah masa dimana para gadis dan perjaka dipertemukan. Katanya biar lancar jodoh, malam cap go meh harus duduk2 di depan rumah dan saat itu jodohnya terbuka. Setelah mamie pikir-pikir, yah terang saja jodoh bisa terbuka. Saat itu memang ramai, semua orang keluar merayakannya. Dimana ada pertemuan disitu pasti ada kesempatan. Tapi yang pasti sekarang mamie gak bakal duduk2 depan rumah lagi saat cap go meh, bisa2 kena jitak sama bapaknya anak2 hihihi

    ReplyDelete

Post a Comment

sekedar jejak..

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Minat itu harus dilatih