cuma ini yang bisa kutulis sekedar pikiran..


‘Mengutakatik dan Membolakbalik’ Ilmu HI

Mengutakatik sebuah ilmu, apalagi yang namanya Ilmu Hubungan Internasional adalah bukan persoalan gampang. Namun karena rumitnya Ilmu HI, dalam pandangan penulis, maka memulainya tentu harus diawali dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim. Apalagi penulis yang hanya memiliki modal sedikit dan pengetahuan mengenai HI yang apa adanya. Namun biasanya yang sedikit-sedikit, mampu mengurai secara jujur dan mengurai dengan cara yang sederhana pula. Mencoba menyelami lebih dalam tentang HI, ujung-ujungnya ibarat sekeping logam dengan dua sisi yang berbeda, tetapi masih memiliki keterkaitan. Membahas Ilmu Hubungan Internasional sama halnya ibarat membahas isi lautan yang maha luas, tentu dengan beberapa pertimbangan pembatasan. Pembatasan tersebut harus memiliki keterkaitan dengan bidang ke-HI-an tentunya.

Ilmu Hubungan Internasional, sekilas merupakan sebuah bidang ilmu yang membahas hubungan antar negara, non negara, bangsa ataupun person yang melintasi dan mempengaruhi negara lain. Seiring dengan perkembangan zaman yang kian mengglobal. Ilmu Hubungan Internasional yang awalnya hanya fokus pada wacana konflik War and Peace (William Nester, International Relation,1995), kini berkembang menjadi luas seiring dengan berjalannya proses transformasi kemajuan komunikasi dan teknologi. Hal tersebut menyebabkan negara-negara dunia melakukan kerjasama dalam berbagai bidang ekonomi, sosial maupun budaya.
Terlepas dari itu faktor non politik ekonomi juga mampu mempengaruhi suatu negara, semisal masalah lingkungan, kesehatan maupun perkembangan teknologi menjadikan sebuah hubungan antar negara maupun aktor yang mempengaruhi negara lain tidak dapat dipandang pada sisi politik dan ekonomi saja. Di dalam matakuliah kita yang ada di program Studi Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin terdapat beberapa mata kuliah yang dianggap berhubungan untuk membahas masalah-masalah dalam hubungan internasional mulai dari ekonomi hingga mata kuliah yang berkaitan dengan politik internasional. Namun beberapa hal yang luput mengenai luasnya kajian hubungan internasional yakni masalah-masalah yang membahas Low Politics, Low Economics International dan ‘low-low’ yang lain dibanding High Politics. Tentunya masalah ini ‘biasanya’ menjadi pertentangan khususnya dikalangan ‘mahasiswa Hubungan Internasional semester akhir’.
Manakah yang termasuk kategori high politik dan mana yang termasuk low politik. Jika saja suatu masalah dimasukkan dalam low politik bagaimanakah indikatornya begitupula high politik seperti apakah indikatornya. Penulis pada awalnya mengira persoalan ini bukanlah hal yang penting, belakangan justru menjadi sangat penting. Beberapa dosen kita beranggapan masalah non negara yang mempengaruhi negara lain seperti persoalan imigrasi, polusi udara, bantuan internasional, deforestasi hutan maupun trafficking (perdagangan manusia di bawah umur) dimasukkan dalam kategori low politik. Sementara masalah geopolitik yang di dalamnya terdapat konflik dan perdamaian, dikategorikan dalam high politik.
Semisal mengurai masalah deforestasi (kerusakan hutan) yang terjadi di Indonesia, hanya dengan melibatkan aktor non negara dan negara mengenai masalah deforestasi di Indonesia dianggap masuk dalam low politik. Bagaimana halnya jika saja deforestasi hutan mampu menjadi isu besar, seandai-andai, gara-gara deforestasi dapat menyebabkan perang apakah dapat dikategorikan dalam low politik juga?. Contoh-contoh seperti ini juga dapat kita lihat ketika persoalan minyak menjadi sebuah persoalan politik. Minyak menjadi sebuah wacana yang memikat dunia karena manfaatnya sebagai sumber energi bagi masyarakat internasional. Membalik lagi, seandai hutan sebagai paruparu dunia dikaitkan dengan wacana politik, sudah barang tentu sebuah hal yang perlu diperhatikan mengingat kerusakan jumlah hutan yang mengglobal semakin meningkat dari waktu ke waktu, manfaatnya pun amat sangat berpengaruh bagi masyarakat dunia.
Kalau boleh, semisal tadi antara minyak dan hutan dikaitkan paling tidak memiliki wacana ke-HI-an, tetapi jika saja dihadapkan pada pilihan low and high tentu harus ada pertimbangan pembatasan terhadap sisi mana yang akan dikaji. Bahkan menurut penulis wacana konflik seperti perang antar negara dapat dimasukkan dalam low politik tergantung pendekatan apa dan bagaimana yang akan dipakai. Jika invasi militer Amerika ke Irak dapat mempengaruhi kaum perempuan Amerika Serikat untuk menikah lebih dari sekali ? atau semisal garagara perang di Irak Hillary Clinton menjadi presiden Amerika, ataukah yang lebih nyeleneh lagi tetapi sedikit masuk akal bagaimanakah Peranan Bantal Tidur Presiden Amerika Terhadap Penyerangan di Irak.
Cerita ini saya dapat dari seorang teman yang ‘anti’ terhadap ilmu hubungan internasional. Gara-gara bantal tidur presiden Amerika, sang presiden mengalami salah tidur di setiap malamnya. Alhasil sang presiden suka mencakmencak di pagi hari. Suatu ketika sebuah keputusan penting dihasilkan tanpa pertimbangan matang dan mengubah dunia pada masa itu, gara-gara bantal tidur, sang presiden hanya mampu mengatakan ya atau tidak, maka terjadilah keputusan perang diluar rasionalitas sang presiden si pemegang kendali itu. Mudahmudahan semisal ini tidak terjadi pada presiden Bush yang menyerang Irak.
Mengutakatik atau membolakbalik ilmu HI dikaji dari low politik dan high politik sudah barang tentu harus dijadikan pertimbangan untuk lebih serius mendekati kedua wacana ini. Karena ilmu HI adalah sebuah ilmu yang sangat menarik kalau menelusuri sisisisi menariknya. Begitupun ilmu HI bisa menjadi sebuah wacana yang membosankan jika hanya membahas yang itu-itu saja. Oleh karenanya terobosan penting mesti dilakukan khususnya kreatifitas mahasiswa yang berkecimpung dalam hubungan internasional.
Membolakbalik ilmu HI ibarat permainan Screable yang mengutakatik beberapa huruf untuk mendapatkan kata, membolakbalik ilmu HI ibarat memilih tim pada sebuah pertandingan Winning Eleven yang biasa ‘kita’ lakukan. Mengutakatik ilmu HI bukan haram hukumnya untuk pemilihan pemain pada pementasan GM (golden moment), mengutakatik ilmu HI dapat lahir dari ceritacerita tentang film Tom Hanks, Tom Cruise hingga si tokoh kartun spongebob, membolakbalik ilmu HI juga dapat lahir dari ceritacerita gosip seputar Inul Daratista hingga Bang Rhoma Irama
Karena mengutakatik dan membolakbalik ilmu HI tak selamanya mingimpikan untuk menjadi seorang diplomat, Duta Besar atau bekerja di perusahaan asing. Membolakbalik ilmu HI adalah sebuah pertarungan imajiner kita terhadap peduli kreatif kita mengenai ilmu hubungan internasional, sebuah ilmu yang mempertemukan kita untuk berbagi cerita suatu saat dan kelak.
Seorang penulis bernama Julius R Siyanaramual yang bercitacita tinggi pernah mengatakan
“Mari menolak kebetulan dengan lebih meyakini kehadiran ilmu kita dengan mencari proses kreatif, sesuatu yang barangkali belum mampu, namun mampu diusahakan, banyak citacita yang hanya menjadi anganangan belaka. ”
Mengutakatik dan membolakbalik ilmu hubungan internasional, khususnya bagi mahasiswa adalah sebuah pertarungan independensi kreatif terhadap ‘tirani birokrasi’ yang selama ini mengungkung kita,. Mudahmudahan dari independensi kreatif, kita mampu menghasilkan wacana baru tentang ke-HI-an. Selamat mencoba
wassalam

Comments

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Minat itu harus dilatih