di sekarat tiba

saya lupa pernah sekarat sama lupanya, sesering kau mengucap kalimat itu
berulangulang di depan mata, hidung, dan bibir kita yang hampir berangkulan
meminta saya mengatakan sebab, kau menunggu di sakit sekarat pembaringan
mengigau kau sejujurjujurnya menahan kantuk demi setia mendengar tiga kata itu

ibu saya yang baik itu, juga tak sanggup menahan air mata bukan demi saya
tapi waktu yang tak habis kaugunakan kabur di tempat kerja sejam lebih awal
dan berjamjam lebih lama dari jam kantor sekalipun hingga lupa bahwa kau telat lagi
berdandan lagi, kusut sekusutkusutnya, tak sadar kau cantik sebenarbenarnya

lalu, di sekaratmu tiba, entah mengapa saya mengingat kejadian itu
dan berharap kau mengucap igau, lewat kalimat yang berulangulang
di bibir telinga berharap bunyibunyi suara itu sampai sedalam sadarmu
dan mengabulkan permohonanku mengucap tiga kata terakhir

kau mengucapnya sayang, dengan menambah sekata lain yang sesal
seumur hidup tidak lupa sekata itu untuk selalu mudah mengucapnya
kepada orang yang pernah hampir berangkulan bibir dengan saya selalu
dan alangkah selalu..


dan kini begitu mudahnya saya ucapkan sambil menyebut namamu
di nisan hati paling dalam yang kubuat khusus untukmu sayang.

Comments

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Minat itu harus dilatih