tiga tahun blogger makassar

Saya pernah sangat mengilhami kalimat ini : ‘keseringan membuat surat dengan dirimu sendiri, niscaya nanti kau akan bisa melihat dirimu yang lain. Dan ternyata di dalam dirimu bukan hanya terdapat dirimu saja. Tapi ada banyak yang menghuninya.’ Kata-kata ini, sangat terasa ketika saya pertamakali ngeblog sekitar pertengahan tahun 2005.

Kalimat ini saya dapatkan waktu berdiskusi kecil dengan M Aan Mansyur, penyair yang menumbuhkan gairah menulis saya pertamakali. Saya bukan ahlinya ngeblog. Tapi saya suka menulis, apapun itu. Objeknya tentu saja bukan di koran-koran, kecuali ada beberapa sewaktu masih mahasiswa dan saat ini, sejak jadi wartawan koran. Saya merasa, sejak mengenal blog, saya bisa mengenal diri saya sebagaimana menulis mengajarkan saya seperti itu.

Bagi saya (dan ini subjektif), blog layaknya tempat menyimpan keluh dan kesah. Ia akan bersinar dengan sendirinya meski tak harus selalu di update (tiap jam, tiap hari) semacam facebook tentu saja.

Itu sebab, bagi saya blog adalah tulisan perenungan, yang tidak melulu soal cinta, tapi juga soal kemanusian atau menyangkut banyak orang. Saya tentu saja sangat terinspirasi lewat catatan harian soe hoek gie (catatan seorang demonstran) atau ahmad wahib (pergolakan pemikiran islam). Lihat saja, kedua tokoh itu sudah tidak adalagi, tapi karyanya tetap membekas.

Entry yang seperti itulah (soe hoek gie dan ahmad wahib ) yang menurut saya paling sesuai untuk ngeblog.

Comments

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Minat itu harus dilatih