Perihal Bung Luthfi

Saya tidak pernah tahu nama lengkap Bung Luthfi, namun kami semua yang mengenalnya lebih senang memanggilnya dengan sebutan Bung Luthfi. Siapa yang mengira Bung Luthfi adalah seorang sahabat dari kurator Nirwan Ahmad Arsuka. Dari Bung Luthfi saya tahu sedikit tentang kurator sastra itu. Bertemu Bung Luthfi pertama kali, ketika saya masih bekerja di Radio Telstar Makassar. Telstar kependekan dari Terminal Suara Lestari. Ini adalah radio dengan segmentasi hiburan, terutama hiburan untuk kalangan keluarga dan dari berbagai usia.


Di Radio Telstar, Bung Luthfi sudah lebih dari 10 tahun membawa acara masalah kita dengan topik pengobatan alternatif dipandu penyiar Telstar Fm. Bung Luthfi di mata saya orang yang pandai menebak. Menebak dalam arti meramal orang kirakira. Saya bisa dibilang salah satu yang akrab dengan Bung Luthfidi radio telstar, termasuk dengan seorang penyiar, produksi serta multitalenta Bung Eko Fachrizal. Tentu ada banyak teman lain di Telstar yang akrab dengan Bung Luthfi, seperti penyiar kawakan Opa Ferial dan tentu saja si pemilik radio Telstar.
Saya akrab dengan Bung Luthfi sebab kerap menyambangi rumahnya di jalan Dato ri Bandang sekadar berdiskusi. Saban kali saya bersama Bung Eko Fachrizal menyambangi rumah kayunya yang sederhana itu. Bertemu dengan Bung Luthfi selalu menarik. Ia tak pernah mengeluh, bahkan lebih banyak memberikan saran. Bung Luthfi bukan hanya sebagai pakar pengobatan alternatif dari akupuntur, hipnoterapi hingga pakar obatobatan herbal. Ia bagi saya serupa peramal, pun sebenarnya peramal juga berlebihan. Tapi pengetahuannya juga maha luas barangkali. Di tengah pengetahuannya yang maha luas juga didapatnya barangkali dari hasil diskusi dengan berbagai dan rupa orangorang beraneka yang pernah ditemuinya.
Di tengah pengetahuan yang luas dan dimilikinya itu, saya yang bukan siapasiapa ini, masih saja menganggapnya sebagai peramal. Bung Luthfi seorang peramal tuna netra yang tak mau disebut tuna netra. Bagi dia, mengecapkan tuna netra itu bisa jadi merendahkan atau mengurangi kedudukan orang normal dan tuna netra. Itu yang saya baca dari sikap Bung Luthfi yang tak pernah mengeluh, malah sebaliknya, ia pandai mengumpan lawan bicaranya untuk berkeluhkesah hingga berujung curhat.
Berada didekat Bung Luthfi seolah, ia sudah mengetahui karakter lawan bicaranya dari degup nafas, detak jantung hingga artikulasi suara lawan bicaranya. Itulah Bung Luthfi, orang hebat yang tak pernah mau berhwnti belajar entah dari lawan bicaranya maupun bukubuku serta arsip tentang agama semua dipunyainya. Saya pernah meminta data tentang syiah dari yang berbahasa inggroa hingga yang berbahasa arab. Pun pernah meminta data perihal islam yang berbagai dan dalilnya.




Comments

Post a Comment

sekedar jejak..

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar

Minat itu harus dilatih